The-satirist.com Situs Kumpulan Berita Humor di Indonesia Saat Ini

The-satirist.com Situs Kumpulan Berita Humor di Indonesia Saat Ini

the-satirist

3 Grup Lawak Indonesia yang Melegenda

3 Grup Lawak Indonesia yang Melegenda

3 Grup Lawak Indonesia yang Melegenda – Dunia hiburan Indoneisa tak pernah lepas dari canda ria dan tawa yang disajikan grup lawak yang selalu menghibur masyarakat tanah air. Tayangan buka puasa hingga sahur di bulan Ramadhan misalnya, grup lawak penghibur menjadi tontonan utama yang seakan menghibur kita yang sudah seharian menahan nafsu dan dahaga, atau sekedar menjadi penghibur setelah kegiatan sehari-hari yang melelahkan.

Kwartet Jaya

Bing Slamet, seniman asal Banten multitalenta yang mendominasi panggung hiburan pada era 50 hingga 70an. Dia adalah seorang aktor, pelawak, penyanyi, pencipta lagu serta musisi. Sejak hadir di dunia hiburan Indonesia, Bing terkenal sebagai pelawak sekaligus penyanyi dan karirnya di dua bidang ini sama melejitnya. daftar slot

3 Grup Lawak Indonesia yang Melegenda

Di dunia musik, ia membuat Eko Sapta Band bersama Idris Sardi, Enteng Tanamal dan Benny Mustafa. Ia juga membuat grup lawak Los Gilos (bersama Tjepot dan Mang Udel) dan Trio SAE (bersama Eddy Sud dan Atmonadi) yang sayangnya tak bertahan lama. Tapi dari semua grup tersebut, masyarakat akan selalu ingat grup yang ia bentuk pada tahun 1967 bersama Eddy Sudihardjo (Eddy Sud), Kho Tjeng Lie (Ateng) dan Iskak yang bernama Kwartet Jaya, grup lawak yang mendominasi pementasan pada era 70an.

Sosok Bing pula yang kemudian membangun Safari Sinar Sakti Film dan memproduksi seri komedi layar lebar yang diperankan oleh Kwartet Jaya, diantaranya: “Bing Slamet Setan Jalan” (1972), “Bing Slamet Sibuk” (1973), “Bing Slamet Dukun Palsu” (1973) dan filmnya yang terakhir “Bing Slamet Koboi Cengeng” (1974) yang ia perankan meskipun saat itu sedang menderita penyakit liver. Sayang setelah kepergian Bing Slamet pada tahun 1974, Kwartet Jaya bubar karena Ateng dan Iskak memilih untuk membentuk duo dan meninggalkan nama Kwartet Jaya untuk Eddy Sud.

Tiga teman Bing sebenarnya juga bukan talenta main-main. Eddy Sud misalnya, sebelum bergabung ke Kwartet Jaya ia adalah actor yang terkenal dan sudah bermain di beberapa film, di tahun 80an ia dikenal sebagai master acara musik legendaris TVRI Aneka Ria Safari. Sedangkan Iskak dan Ateng yang merupakan duo lawak terkenal Indonesia, juga bermain dalam film-film yang sama dengan Eddy Sud dan memiliki siaran lawak tiap minggu di TVRI sebagai Petruk dan Bagong dalam acara Ria Jenaka, dua acara yang bertahan hingga bertahun-tahun.

Semua anggota Kwartet Jaya telah meninggal dunia. Bing di tahun 1974, Iskak di tahun 2000, Ateng di tahun 2003 dan Eddy Sud di tahun 2005. Begitu hebatnya peran Bing Slamet bagi dunia lawak Indonesia, hingga permintaan terakhir seorang Benyamin Sueb – pelawak, aktor dan musisi multitalenta legendaris Betawi lainnya – adalah ingin dimakamkan di area pemakaman yang sama dengan Bing yang ia anggap sebagai guru dan orang yang paling berjasa dalam hidupnya. Benyamin S dan Bing Slamet dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta.

Warkop DKI

Pada era 80 dan 90an, nama Warkop DKI selalu dinantikan. Kemunculan film mereka yang hadir menjelang lebaran selalu ditunggu. Warkop DKI (Dono, Kasino dan Indro) melesat lewat film-film kocak mereka yang mengandalkan komedi slapstick alias ‘kecelakaan lucu’ dan cewek berbusana minim, meski demikian ketiga anggotanya adalah orang-orang cerdas yang lulus dari universitas ternama.

Dono yang berwajah melas dan selalu jadi sasaran empuk hinaan mereka bahkan sebenarnya adalah dosen Sosiologi di FISIP Universitas Indonesia, sedangkan Kasino pernah menjabat sebagai Direktur Klinik Spesialis Rawamangun. Dari semua grup lawak legendaris Indonesia, Warkop DKI  adalah satu-satunya yang eksis hampir di seluruh media, mulai dari lawakan panggung, radio, layar lebar sampai ke layar kaca dan tak pernah kehilangan fans, berganti personil, ataupun bubar hingga akhir hayat dari kedua personilnya.

Warkop DKI lahir dengan nama Warkop Prambors, gagasan dari program director radio Prambors Temmy Lesanpura yang mengajak Hariman Siregar dari UI untuk mengisi acara komedi di Prambors. Harimanpun tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut dan mengajak dua pelawak kampus, Kasino Hadiwidjojo dan Nanu Mulyono.

Obrolan Malam di Warung Kopi yang disiarkan setiap Jumat malam ini menjadi sangat terkenal seiring bergabungnya beberapa nama lain seperti Rudy Badil, Wahjoe Sardono dan Indrodjojo Kusumonegoro. Humor cerdas dan lawakan yang agak menyentil pemerintah serta berbau sedikit pornografi menjadi andalan Warkop yang sangat digemari masyarakat.

Saat ketenaran didapatkan Kasino dkk dan mereka harus tampil di panggung, Rudy Badil mengalami demam panggung dan memutuskan untuk mengundurkan diri, begitu juga ketika mereka diundang bermain di layar lebar, Nanu mengalami hal yang sama dan mengundurkan diri dari Warkop setelah bermain hanya dalam satu film. Tiga personil yang masih bertahan – Dono, Kasino dan Indro – melanjutkan karis dan mencatatkan diri sebagai grup lawak nomor satu di Indonesia.

Setelah dari Prambors, Warkop merubah nama menjadi Warkop DKI karena tidak mau terus menerus membayar royalti karena penggunaan nama radio pada grup mereka. Kini, Kasino telah tutup usia pada tahun 1997 karena tumor otak dan Dono menyusul pada tahun 2001 karena penyakit kanker yang ia alami. Kita tak akan pernah lagi menonton secara langsung para maestro lawak yang melegenda ini.

3 Grup Lawak Indonesia yang Melegenda

Srimulat

Tak ada grup lawak di Indonesia yang bisa bertahan begitu lama dalam menghadapi perubahan jaman tanpa merubah konten lawakan. Grup lawak yang satu ini pantas diacungi jempol karena bisa bertahan hampir tiga dekade lamanya dan menghadirkan talenta-talenta yang terus menerus muncul pada tiap masanya, mulai dari tahun 60an hingga 90an hanya bermodalkan banyolan khas dan guyonan spesial tiap anggota yang sudah ada dalam ingatan para penggemarnya.

Bongkar pasang pemain dan bubar-gabung-kembali menjadi catatan sejarah yang mewarnai bangkit dan jatuhnya grup lawak ini. Selain bertahan begitu lama di hati rakyat Indonesia, Srimulat juga menjadi grup lawak dengan jumlah pemain terbanyak. Seiring menurunnya popularitas Srimulat setelah berakhirnya kontrak televisi mereka pada tahun 1996, nama grup lawak ini saat ini juga kian meredup meskipun beberapa alumninya masih ada hingga hari ini seperti Tukul Arwana dan Nunung.

Gema Malam Srimulat dibuat oleh Kho Tjien Tiong atau biasa dikenal dengan nama Teguh Slamet Rahardjo pada tahun 1950 di Solo. Nama ‘Srimulat’ yang ia berikan sebetulnya adalah nama istri Teguh, Raden Ayu Srimulat. Pada awalnya, Gema Malam Srimulat adalah kelompok seniman keliling yang melakukan pentas melintasi kota-kota di Jawa Timur, seperti pertunjukan wayang orang yang begitu dikenal pada zaman itu.

Teguh mengadopsi dan menggabungkan beragam unsur wayang orang dan ludruk dalam pementasan mereka dan ini terbukti mampu memikat penggemar. Ketika kesehatan istrinya mulai terganggu, Teguh mengubah cara panggung Gema Malam Srimulat yang saat itu ‘bergerilya’.

Sejak 1961, Gema Malam Srimulat mengubah nama menjadi Srimulat dan hanya tampil di Tempat Hiburan Rakyat Surabaya. Ini adalah tonggak sejarah bagi Srimulat yang bukannya meredup, namun malah semakin dicari dan digilai. Besarnya permintaan membuat Srimulat juga tampil di THR Semarang dan Jakarta meskipun dengan materi pemain lokal. Seiring berjalannya waktu, nama Srimulat menjadi sangat dikenal oleh khalayak ramai, terutama kaum menengah ke bawah karena lawakannya yang enteng dan cenderung down-to-earth.

Categories:
the-satirist
Tags:
You Might Also Like